pernahkah terlintas di dalam pemiqiran kalian..."bahwa nanti dimana telah tiba hari yg dikenal(kiamat) dan datang kepadamu seseorang dari(ahli jannah) berkata kepadamu...
"kenapa ketika kami sedang di zolimi,,di jajah ,,hak hak kami di rampas,,anak2 & saudara2 kami di bunuh,,bahkan Agama ALLAH di hina di caci...kalian tidak MARAH?????bukankah kita adalah umat Rosulullah saw,,sebenarnya kau ini ada di umat yg mana???ketika kami(kaum muslim yg jajah) menyeru kepada kalian ..tidak ada jawaban..
mungkin kalian sedang asyik sibuk dengan dunia kalian...bukankah Rosulullah tlah bersabda"barang siapa yg peduli sesama umatnya maka dia termasuk umat ku"
sekali lagi aku tanya..
kapan kalian akan marah??????
kotakmusik
Entri Populer
-
Jauh jarak itu semakin nyata Ada yang salah! Pernah merasa hidup dalam mati??? Aku semakin tak kuasa ...
-
Maaf .. Begitu sulit untukku melupakanmu, Bahkan sampai detik ini,aku masih selalu memikirkanmu Hari ...
Rabu, 26 Januari 2011
Anak Palestine
Palestina, ya, Tuhan menghendaki aku terlahir di Palestina. Negeriku, Palestina, darahku, Palestina. Aku terlahir di tengah desing peluru dan aroma kematian. Aku tak tahu, mungkin saat aku dilahirkan, tak jauh dari sisiku, ada saudaraku sesama anak Palestina yang meregang nyawa dengan luka menganga di dada dan kepala akibat peluru yang meghujam atau pecahan bom yang mendera.
Aku menangis saat dilahirkan, itulah garis hidupku, untuk menangis diawal kehidupanku. Mungkin tak jauh dari sisiku, ada juga yang menangis, ya, Ibu dari anak Palestina yang kehilangan anak akibat kejamnya peperangan. Anak itu sudah tidak bisa lagi menangis, mana mungkin, dia sudah terbujur kaku, tak berdaya dengan darah mengalir dari luka yang pasti sakit tak terkira…
Ibuku, pasti tersenyum saat aku lahir ke dunia, meski aku yakin, ia tak akan menampakkannya saat melalui lorong kematian di rumah sakit yang penuh sesak dengan gelimpang korban anak Palestina. Ibuku, pasti menangis jua, meski tertahan sesak di dada.
Ayahku, saat itu tak ada, kelak aku tahu bahwa saat aku memandang dunia, dia tengah memandang kematian dengan sekedar batu melawan tank dan tentara yang membabi buta, menyerang menggila. Aku beruntung, masih bisa bertemu ayahku, meski pada akhirnya aku harus rela, ayahku kelak juga terbujur di tengah deru pesawat tempur yang memuntahkan bom kemana saja, di kota yang kucinta.
Gaza, itu tercatat dalam buku kelahiranku, aku terlahir di Gaza.
Masa kecilku, kulalui dengan mainan senjata dan perang-perangan, ya, bagaimana tidak. Kotaku dikuasai pasukan asing bersenjata. Sesekali kulihat senjata itu menyalak, memuntahkan isinya, ada gas air mata, dan tentu ada yang peluru tajam meminta nyawa, warga Palestina, dan tak jarang anak Palestina.
Aku melihat anak Palestina seusiaku, sudah berani melawan pasukan asing meski hanya dengan ketapel kecil berisi sejumput batu yang tak berarti apa jika mengenai tameng tentara atau besi kendaraan lapis baja. Mereka berani tampil ke muka hingga ke dekat moncong senjata. Aku tak tahan, akhirnya akupun ikut jua.
Aku senang, karena aku merasa sebagai pejuang, alias jagoan. Aku tak takut, bukankah anak Palestina lain juga tidak takut ?
Aku belum berusia remaja sampai suatu saat kelak aku kehilangan kawanku yang kulihat kerap melempar batu dan melontar ketapel tak lelah-lelahnya, ya kelak ku tahu itu bernama Intifada. Kawanku menjadi korban Intifada.
Lama kelamaan aku menjadi terbiasa, melihat dan mendengar kawan, saudara, kerabat ataupun orang tak kukenal yang hilang atau tak tentu semesta, kabarnya dibawa pasukan asing dimasukkan ke penjara gelap gulita, atau tewas tak bernama. Aku terbiasa mengalami kehilangan, aku terbiasa melihat dan merasakan derita, aku terbiasa melihat airmata dan pasti aku terbiasa melihat warna merah mengalir dimana-mana.
Kata semua orang, kini kau sudah menjadi anak Palestina !.
Baru kutahu, anak Palestina berarti anak terjajah, yang harus membebaskan negeri dari cerita kelam negeri yang terlunta. Dan baru kutahu, Israel adalah negara yang dahaga atas tanah Palestina. Aku mulai merasa, bahwa aku bermakna dan bangga menjadi anak Palestina.
___________________
Kini, di penghujung tahun, kudengar lagi deru mesin tempur berseliweran di langit kotaku, kudengar dentuman membahana di sudut-sudut wilayah permaiananku, kutatap kilatan cahaya mematikan menyilaukan pandangan mataku disertai bunyi sirene di segala penjuru.
Pagi, siang dan malam terus berlanjut tak menentu, deru itu, dentuman itu dan kilatan cahaya itu menyergap seluruh sisi hidupku. Kulalui hari dengan berlari, berlindung dan bersembunyi dari serbuan tak menentu.
Aku tak tuli, kudengar tangisan dimana-mana, kudengar jerit teman sebaya, Ibu-ibu Palestina menggendong anak dan orang tua paruh baya yang terpaksa harus terpapah tanpa daya. Dan kudengar lenguh terakhir nyawa di dada.
Aku tak buta, kulihat luka, kulihat jasad dimana-mana, kulihat merah itu ada dan tak terkira, kulihat kotaku tak lagi indah mempesona. Dan harapan itu sepertinya sirna.
Aku tak menangis, meski ayahku menjadi jasad tersisa di tengah gempuran melanda kota. Tak ada lagi tangis, aku sudah terbiasa, seperti juga anak Palestina lainnya.
Waktu itu tiba, kata orang mulai ada perang kota !
Aku berlindung dibalik reruntuhan bangunan rumah ibadah, yang hancur oleh tembakan serdadu nista, aku lihat, ada orang Palestina bersenjata, dengan tutup wajah dimuka, kutahu juga ada remaja Palestina memanggul senjata. Mereka sigap, lincah, berlari ke sudut-sudut tak terjamah, melawan pasukan asing yang menyerbu kedalam kota. Aku tahu, mereka siap mati di tanah tercinta.
Ah, seandainya aku bisa melalui hari-hari ini, tanpa sebutir peluru mengenai dada, tanpa pecahan bom menerpa kepala, mungkin aku tak-kan lupa, ini catatan kelam manusia di tanah terjajah, Palestina.
Tuhan, perkenankan aku menjadi remaja, agar aku bisa berlari membawa bendera Palestina, berikat kepala, bolehlah juga bersenjata, apa adanya, melawan pasukan Israel sampai tetes terakhir itu tiba.
Kalau kau berbaik hati Tuhan, ijinkan aku menjadi dewasa, agar aku mengikat keras bendera Palestina di tiang dan sisa bangunan menjulang ke angkasa. Kulekatkan ikat kepala, selekat jiwa dan raga, senjata, apapun bisa kuguna, melawan hingga gelora di dada sirna bersamaan dengan hembusan nafas yang tersisa.
Aku anak Palestina, selamanya Palestina, darahku, merahnya Palestina..
Aku menangis saat dilahirkan, itulah garis hidupku, untuk menangis diawal kehidupanku. Mungkin tak jauh dari sisiku, ada juga yang menangis, ya, Ibu dari anak Palestina yang kehilangan anak akibat kejamnya peperangan. Anak itu sudah tidak bisa lagi menangis, mana mungkin, dia sudah terbujur kaku, tak berdaya dengan darah mengalir dari luka yang pasti sakit tak terkira…
Ibuku, pasti tersenyum saat aku lahir ke dunia, meski aku yakin, ia tak akan menampakkannya saat melalui lorong kematian di rumah sakit yang penuh sesak dengan gelimpang korban anak Palestina. Ibuku, pasti menangis jua, meski tertahan sesak di dada.
Ayahku, saat itu tak ada, kelak aku tahu bahwa saat aku memandang dunia, dia tengah memandang kematian dengan sekedar batu melawan tank dan tentara yang membabi buta, menyerang menggila. Aku beruntung, masih bisa bertemu ayahku, meski pada akhirnya aku harus rela, ayahku kelak juga terbujur di tengah deru pesawat tempur yang memuntahkan bom kemana saja, di kota yang kucinta.
Gaza, itu tercatat dalam buku kelahiranku, aku terlahir di Gaza.
Masa kecilku, kulalui dengan mainan senjata dan perang-perangan, ya, bagaimana tidak. Kotaku dikuasai pasukan asing bersenjata. Sesekali kulihat senjata itu menyalak, memuntahkan isinya, ada gas air mata, dan tentu ada yang peluru tajam meminta nyawa, warga Palestina, dan tak jarang anak Palestina.
Aku melihat anak Palestina seusiaku, sudah berani melawan pasukan asing meski hanya dengan ketapel kecil berisi sejumput batu yang tak berarti apa jika mengenai tameng tentara atau besi kendaraan lapis baja. Mereka berani tampil ke muka hingga ke dekat moncong senjata. Aku tak tahan, akhirnya akupun ikut jua.
Aku senang, karena aku merasa sebagai pejuang, alias jagoan. Aku tak takut, bukankah anak Palestina lain juga tidak takut ?
Aku belum berusia remaja sampai suatu saat kelak aku kehilangan kawanku yang kulihat kerap melempar batu dan melontar ketapel tak lelah-lelahnya, ya kelak ku tahu itu bernama Intifada. Kawanku menjadi korban Intifada.
Lama kelamaan aku menjadi terbiasa, melihat dan mendengar kawan, saudara, kerabat ataupun orang tak kukenal yang hilang atau tak tentu semesta, kabarnya dibawa pasukan asing dimasukkan ke penjara gelap gulita, atau tewas tak bernama. Aku terbiasa mengalami kehilangan, aku terbiasa melihat dan merasakan derita, aku terbiasa melihat airmata dan pasti aku terbiasa melihat warna merah mengalir dimana-mana.
Kata semua orang, kini kau sudah menjadi anak Palestina !.
Baru kutahu, anak Palestina berarti anak terjajah, yang harus membebaskan negeri dari cerita kelam negeri yang terlunta. Dan baru kutahu, Israel adalah negara yang dahaga atas tanah Palestina. Aku mulai merasa, bahwa aku bermakna dan bangga menjadi anak Palestina.
___________________
Kini, di penghujung tahun, kudengar lagi deru mesin tempur berseliweran di langit kotaku, kudengar dentuman membahana di sudut-sudut wilayah permaiananku, kutatap kilatan cahaya mematikan menyilaukan pandangan mataku disertai bunyi sirene di segala penjuru.
Pagi, siang dan malam terus berlanjut tak menentu, deru itu, dentuman itu dan kilatan cahaya itu menyergap seluruh sisi hidupku. Kulalui hari dengan berlari, berlindung dan bersembunyi dari serbuan tak menentu.
Aku tak tuli, kudengar tangisan dimana-mana, kudengar jerit teman sebaya, Ibu-ibu Palestina menggendong anak dan orang tua paruh baya yang terpaksa harus terpapah tanpa daya. Dan kudengar lenguh terakhir nyawa di dada.
Aku tak buta, kulihat luka, kulihat jasad dimana-mana, kulihat merah itu ada dan tak terkira, kulihat kotaku tak lagi indah mempesona. Dan harapan itu sepertinya sirna.
Aku tak menangis, meski ayahku menjadi jasad tersisa di tengah gempuran melanda kota. Tak ada lagi tangis, aku sudah terbiasa, seperti juga anak Palestina lainnya.
Waktu itu tiba, kata orang mulai ada perang kota !
Aku berlindung dibalik reruntuhan bangunan rumah ibadah, yang hancur oleh tembakan serdadu nista, aku lihat, ada orang Palestina bersenjata, dengan tutup wajah dimuka, kutahu juga ada remaja Palestina memanggul senjata. Mereka sigap, lincah, berlari ke sudut-sudut tak terjamah, melawan pasukan asing yang menyerbu kedalam kota. Aku tahu, mereka siap mati di tanah tercinta.
Ah, seandainya aku bisa melalui hari-hari ini, tanpa sebutir peluru mengenai dada, tanpa pecahan bom menerpa kepala, mungkin aku tak-kan lupa, ini catatan kelam manusia di tanah terjajah, Palestina.
Tuhan, perkenankan aku menjadi remaja, agar aku bisa berlari membawa bendera Palestina, berikat kepala, bolehlah juga bersenjata, apa adanya, melawan pasukan Israel sampai tetes terakhir itu tiba.
Kalau kau berbaik hati Tuhan, ijinkan aku menjadi dewasa, agar aku mengikat keras bendera Palestina di tiang dan sisa bangunan menjulang ke angkasa. Kulekatkan ikat kepala, selekat jiwa dan raga, senjata, apapun bisa kuguna, melawan hingga gelora di dada sirna bersamaan dengan hembusan nafas yang tersisa.
Aku anak Palestina, selamanya Palestina, darahku, merahnya Palestina..
Surat dari Gaza
Untuk saudaraku di Indonesia,
Saya tidak tahu, mengapa saya harus menulis dan mengirim surat ini untuk kalian di Indonesia, Namun jika kalian tetap bertanya kepadaku, kenapa? Mungkin satu-satunya jawaban yang saya miliki Adalah karena Negeri kalian berpenduduk muslim terbanyak di punggung bumi ini, bukan demikian saudaraku?
Disaat saya menunaikan ibadah haji beberapa tahun silam, ketika pulang dari melempar jumrah, saya sempat berkenalan dengan salah seorang aktivis da'wah dari Jama'ah haji asal Indonesia, dia mengatakan kepadaku, setiap tahun musim haji ada sekitar 205 ribu jama'ah haji berasal dari Indonesia datang ke Baitullah ini. Wah, sungguh jumlah angka yang sangat fantastis dan membuat saya berdecak kagum.
Lalu saya mengatakan kepadanya, saudaraku, jika jumlah jama'ah Haji asal GAZA sejak tahun 1987 Sampai sekarang digabung, itu belum bisa menyamai jumlah jama'ah haji dari negeri kalian dalam satu musim haji saja. Padahal jarak tempat kami ke Baitullah lebih dekat dibanding kalian yah?. wah, pasti uang kalian sangat banyak yah?, apalagi menurut sahabatku itu ada 5% dari rombongan tersebut yang menunaikan ibadah haji untuk yang kedua kalinya, Subhanallah.
Wahai saudaraku di Indonesia,
Pernah saya berkhayal dalam hati, kenapa saya dan kami yang ada di GAZA ini, tidak dilahirkan di negeri kalian saja. Wah, pasti sangat indah dan mengagumkan yah?. Negeri kalian aman, kaya dan subur, setidaknya itu yang saya ketahui Tentang negeri kalian.
Pasti para ibu-ibu disana amat mudah menyusui bayi-bayinya, susu formula bayi pasti dengan mudah kalian dapatkan di toko-toko dan para wanita hamil kalian mungkin dengan mudah bersalin di rumah sakit yang mereka inginkan.
Ini yang membuatku iri kepadamu saudaraku tidak seperti di negeri kami ini, saudaraku, anak-anak bayi kami lahir di tenda-tenda pengungsian. Bahkan tidak jarang tentara Israel menahan mobil ambulance yang akan mengantarkan istri kami Melahirkan di rumah sakit yang lebih lengkap alatnya di daerah Rafah, Sehingga istri-istri kami terpaksa melahirkan diatas mobil, yah diatas mobil saudaraku!.
Susu formula bayi adalah barang yang langka di GAZA sejak kami di blokade 2tahun lalu, namun isteri kami tetap menyusui bayi-bayinya dan menyapihnya hingga dua tahun lamanya, walau terkadang untuk memperlancar ASI mereka, isteri kami rela minum air rendaman gandum.
Namun, mengapa di negeri kalian, katanya tidak sedikit kasus pembuangan bayi yang tidak jelas siapa ayah dan ibunya, terkadang ditemukan mati di parit-parit, di selokan-selokan dan di tempat sampah, itu yang kami dapat dari informasi televisi.
Dan yang membuat saya terkejut dan merinding, ternyata negeri kalian adalah negeri yang tertinggi kasus Abortusnya untuk wilayah ASIA, Astaghfirullah. Ada apa dengan kalian? Apakah karena di negeri kalian tidak ada konflik bersenjata seperti kami disini, sehingga orang bisa melakukan hal hina tersebut?, sepertinya kalian belum menghargai arti sebuah nyawa bagi kami di sini.
Memang hampir setiap hari di GAZA sejak penyerangan Israel, kami menyaksikan bayi-bayi kami mati, Namun, bukanlah diselokan-selokan, atau got-got apalagi ditempat sampah? saudaraku! Mereka mati syahid, saudaraku! mati syahid, karena serangan roket tentara Israel!
Kami temukan mereka tak bernyawa lagi dipangkuan ibunya, di bawah puing-puing bangunan rumah kami yang hancur oleh serangan roket tentara Zionis Israel, Saudaraku, bagi kami nilai seorang bayi adalah Aset perjuangan perlawanan kami terhadap penjajah Yahudi. Mereka adalah mata rantai yang akan menyambung perjuangan kami memerdekakan Negeri ini.
Perlu kalian ketahui, sejak serangan Israel tanggal 27 desember (2009) kemarin, Saudara-saudara kami yang syahid sampai 1400 orang, 600 diantaranya adalah anak-anak kami, namun sejak penyerangan itu pula sampai hari ini, kami menyambut lahirnya 3000 bayi baru Dijalur Gaza, dan Subhanallah kebanyakan mereka adalah anak laki-laki dan banyak yang kembar, Allahu Akbar!
Wahai saudaraku di Indonesia,
Negeri kalian subur dan makmur, tanaman apa saja yang kalian tanam akan tumbuh dan berbuah, namun kenapa di negeri kalian masih ada bayi yang kekurangan gizi, menderita busung lapar. Apa karena kalian sulit mencari rezki disana? apa negeri kalian sedang di blokade juga?
Perlu kalian ketahui, saudaraku, tidak ada satupun bayi di Gaza yang menderita kekurangan gizi apalagi sampai mati kelaparan, walau sudah lama kami diblokade.
Kalian terlalu manja! Saya adalah pegawai Tata Usaha di kantor pemerintahan Hamas Sudah 7 bulan ini, gaji bulanan belum saya terima, tapi Allah SWT yang akan mencukupkan rezki untuk kami.
Perlu kalian ketahui pula, bulan ini saja ada sekitar 300 pasang pemuda baru saja melangsungkan pernikahan. Yah, mereka menikah di sela-sela serangan agresi Israel, Mereka mengucapkan akad nikah, diantara bunyi letupan bom dan peluru saudaraku.
Dan Perdana menteri kami, yaitu Ust Isma'il Haniya memberikan santunan awal pernikahan bagi semua keluarga baru tersebut.
Wahai Saudaraku di Indonesia,
Terkadang saya pun iri, seandainya saya bisa merasakan pengajian atau halaqoh pembinaan Di Negeri antum, seperti yang diceritakan teman saya tersebut, program pengajian kalian pasti bagus bukan, banyak kitab mungkin yang telah kalian baca, dan buku-buku pasti kalian telah lahap, kalian pun sangat bersemangat bukan, itu karena kalian punya waktu.
Kami tidak memiliki waktu yang banyak disini wahai saudaraku. Satu jam, yah satu jam itu adalah waktu yang dipatok untuk kami disini untuk halaqoh, setelah itu kami harus terjun langsung ke lapanagn jihad, sesuai dengan tugas yang Telah diberikan kepada kami.
Kami di sini sangat menanti-nantikan hari halaqoh tersebut walau cuma satu jam saudaraku, tentu kalian lebih bersyukur, kalian lebih punya waktu untuk menegakkan rukun-rukun halaqoh, Seperti ta'aruf, tafahum dan takaful di sana.
Hafalan antum pasti lebih banyak dari kami, Semua pegawai dan pejuang Hamas di sini wajib menghapal surat al anfaal sebagai nyanyian perang kami, saya menghapal di sela-sela waktu istirahat perang, bagaimana Dengan kalian?
Akhir desember kemarin, saya menghadiri acara wisuda penamatan hafalan 30 juz anakku yang pertama, ia diantara 1000 anak yang tahun ini menghapal al-qur'an, umurnya baru 10 tahun, saya yakin anak-anak kalian jauh lebih cepat menghapal al-quran ketimbang anak-anak kami disini, di Gaza tidak ada SDIT seperti di tempat kalian, yang menyebar seperti jamur sekarang.
Mereka belajar di antara puing-puing reruntuhan gedung yang hancur, yang tanahnya sudah diratakan, diatasnya diberi beberapa helai daun pohon kurma, yah di tempat itulah mereka belajar saudaraku, bunyi suara setoran hafalan al-quran mereka bergemuruh diantara bunyi-bunyi senapan tentara Israel? Ayat-ayat Jihad paling cepat mereka hafal, karena memang didepan mereka tafsirnya. Langsung Mereka rasakan.
Wahai Saudaraku di Indonesia,
Oh, iya, kami harus berterima kasih kepada kalian semua, melihat aksi solidaritas yang kalian perlihatkan kepada masyarakat dunia, kami menyaksikan demo-demo kalian disini. Subhanallah, kami sangat terhibur, karena kalian juga merasakan apa yang kami rasakan disini.
Memang banyak masyarakat dunia yang menangisi kami di sini, termasuk kalian di Indonesia. Namun, bukan tangisan kalian yang kami butuhkan saudaraku biarlah butiran air matamu adalah catatan bukti nanti di akhirat yang dicatat Allah sebagai bukti ukhuwah kalian kepada kami. Doa-doa kalian dan dana kalian telah kami rasakan manfaatnya.
Oh, iya hari semakin larut, sebentar lagi adalah giliran saya Untuk menjaga kantor, tugasku untuk menunggu jika ada telepon dan fax yang masuk Insya Allah, nanti saya ingin sambung dengan surat yang lain lagi Salam untuk semua pejuang-pejuang islam di Indonesia.
Akhhuka…..Abdullah ( Gaza City ..1430 H)
Saya tidak tahu, mengapa saya harus menulis dan mengirim surat ini untuk kalian di Indonesia, Namun jika kalian tetap bertanya kepadaku, kenapa? Mungkin satu-satunya jawaban yang saya miliki Adalah karena Negeri kalian berpenduduk muslim terbanyak di punggung bumi ini, bukan demikian saudaraku?
Disaat saya menunaikan ibadah haji beberapa tahun silam, ketika pulang dari melempar jumrah, saya sempat berkenalan dengan salah seorang aktivis da'wah dari Jama'ah haji asal Indonesia, dia mengatakan kepadaku, setiap tahun musim haji ada sekitar 205 ribu jama'ah haji berasal dari Indonesia datang ke Baitullah ini. Wah, sungguh jumlah angka yang sangat fantastis dan membuat saya berdecak kagum.
Lalu saya mengatakan kepadanya, saudaraku, jika jumlah jama'ah Haji asal GAZA sejak tahun 1987 Sampai sekarang digabung, itu belum bisa menyamai jumlah jama'ah haji dari negeri kalian dalam satu musim haji saja. Padahal jarak tempat kami ke Baitullah lebih dekat dibanding kalian yah?. wah, pasti uang kalian sangat banyak yah?, apalagi menurut sahabatku itu ada 5% dari rombongan tersebut yang menunaikan ibadah haji untuk yang kedua kalinya, Subhanallah.
Wahai saudaraku di Indonesia,
Pernah saya berkhayal dalam hati, kenapa saya dan kami yang ada di GAZA ini, tidak dilahirkan di negeri kalian saja. Wah, pasti sangat indah dan mengagumkan yah?. Negeri kalian aman, kaya dan subur, setidaknya itu yang saya ketahui Tentang negeri kalian.
Pasti para ibu-ibu disana amat mudah menyusui bayi-bayinya, susu formula bayi pasti dengan mudah kalian dapatkan di toko-toko dan para wanita hamil kalian mungkin dengan mudah bersalin di rumah sakit yang mereka inginkan.
Ini yang membuatku iri kepadamu saudaraku tidak seperti di negeri kami ini, saudaraku, anak-anak bayi kami lahir di tenda-tenda pengungsian. Bahkan tidak jarang tentara Israel menahan mobil ambulance yang akan mengantarkan istri kami Melahirkan di rumah sakit yang lebih lengkap alatnya di daerah Rafah, Sehingga istri-istri kami terpaksa melahirkan diatas mobil, yah diatas mobil saudaraku!.
Susu formula bayi adalah barang yang langka di GAZA sejak kami di blokade 2tahun lalu, namun isteri kami tetap menyusui bayi-bayinya dan menyapihnya hingga dua tahun lamanya, walau terkadang untuk memperlancar ASI mereka, isteri kami rela minum air rendaman gandum.
Namun, mengapa di negeri kalian, katanya tidak sedikit kasus pembuangan bayi yang tidak jelas siapa ayah dan ibunya, terkadang ditemukan mati di parit-parit, di selokan-selokan dan di tempat sampah, itu yang kami dapat dari informasi televisi.
Dan yang membuat saya terkejut dan merinding, ternyata negeri kalian adalah negeri yang tertinggi kasus Abortusnya untuk wilayah ASIA, Astaghfirullah. Ada apa dengan kalian? Apakah karena di negeri kalian tidak ada konflik bersenjata seperti kami disini, sehingga orang bisa melakukan hal hina tersebut?, sepertinya kalian belum menghargai arti sebuah nyawa bagi kami di sini.
Memang hampir setiap hari di GAZA sejak penyerangan Israel, kami menyaksikan bayi-bayi kami mati, Namun, bukanlah diselokan-selokan, atau got-got apalagi ditempat sampah? saudaraku! Mereka mati syahid, saudaraku! mati syahid, karena serangan roket tentara Israel!
Kami temukan mereka tak bernyawa lagi dipangkuan ibunya, di bawah puing-puing bangunan rumah kami yang hancur oleh serangan roket tentara Zionis Israel, Saudaraku, bagi kami nilai seorang bayi adalah Aset perjuangan perlawanan kami terhadap penjajah Yahudi. Mereka adalah mata rantai yang akan menyambung perjuangan kami memerdekakan Negeri ini.
Perlu kalian ketahui, sejak serangan Israel tanggal 27 desember (2009) kemarin, Saudara-saudara kami yang syahid sampai 1400 orang, 600 diantaranya adalah anak-anak kami, namun sejak penyerangan itu pula sampai hari ini, kami menyambut lahirnya 3000 bayi baru Dijalur Gaza, dan Subhanallah kebanyakan mereka adalah anak laki-laki dan banyak yang kembar, Allahu Akbar!
Wahai saudaraku di Indonesia,
Negeri kalian subur dan makmur, tanaman apa saja yang kalian tanam akan tumbuh dan berbuah, namun kenapa di negeri kalian masih ada bayi yang kekurangan gizi, menderita busung lapar. Apa karena kalian sulit mencari rezki disana? apa negeri kalian sedang di blokade juga?
Perlu kalian ketahui, saudaraku, tidak ada satupun bayi di Gaza yang menderita kekurangan gizi apalagi sampai mati kelaparan, walau sudah lama kami diblokade.
Kalian terlalu manja! Saya adalah pegawai Tata Usaha di kantor pemerintahan Hamas Sudah 7 bulan ini, gaji bulanan belum saya terima, tapi Allah SWT yang akan mencukupkan rezki untuk kami.
Perlu kalian ketahui pula, bulan ini saja ada sekitar 300 pasang pemuda baru saja melangsungkan pernikahan. Yah, mereka menikah di sela-sela serangan agresi Israel, Mereka mengucapkan akad nikah, diantara bunyi letupan bom dan peluru saudaraku.
Dan Perdana menteri kami, yaitu Ust Isma'il Haniya memberikan santunan awal pernikahan bagi semua keluarga baru tersebut.
Wahai Saudaraku di Indonesia,
Terkadang saya pun iri, seandainya saya bisa merasakan pengajian atau halaqoh pembinaan Di Negeri antum, seperti yang diceritakan teman saya tersebut, program pengajian kalian pasti bagus bukan, banyak kitab mungkin yang telah kalian baca, dan buku-buku pasti kalian telah lahap, kalian pun sangat bersemangat bukan, itu karena kalian punya waktu.
Kami tidak memiliki waktu yang banyak disini wahai saudaraku. Satu jam, yah satu jam itu adalah waktu yang dipatok untuk kami disini untuk halaqoh, setelah itu kami harus terjun langsung ke lapanagn jihad, sesuai dengan tugas yang Telah diberikan kepada kami.
Kami di sini sangat menanti-nantikan hari halaqoh tersebut walau cuma satu jam saudaraku, tentu kalian lebih bersyukur, kalian lebih punya waktu untuk menegakkan rukun-rukun halaqoh, Seperti ta'aruf, tafahum dan takaful di sana.
Hafalan antum pasti lebih banyak dari kami, Semua pegawai dan pejuang Hamas di sini wajib menghapal surat al anfaal sebagai nyanyian perang kami, saya menghapal di sela-sela waktu istirahat perang, bagaimana Dengan kalian?
Akhir desember kemarin, saya menghadiri acara wisuda penamatan hafalan 30 juz anakku yang pertama, ia diantara 1000 anak yang tahun ini menghapal al-qur'an, umurnya baru 10 tahun, saya yakin anak-anak kalian jauh lebih cepat menghapal al-quran ketimbang anak-anak kami disini, di Gaza tidak ada SDIT seperti di tempat kalian, yang menyebar seperti jamur sekarang.
Mereka belajar di antara puing-puing reruntuhan gedung yang hancur, yang tanahnya sudah diratakan, diatasnya diberi beberapa helai daun pohon kurma, yah di tempat itulah mereka belajar saudaraku, bunyi suara setoran hafalan al-quran mereka bergemuruh diantara bunyi-bunyi senapan tentara Israel? Ayat-ayat Jihad paling cepat mereka hafal, karena memang didepan mereka tafsirnya. Langsung Mereka rasakan.
Wahai Saudaraku di Indonesia,
Oh, iya, kami harus berterima kasih kepada kalian semua, melihat aksi solidaritas yang kalian perlihatkan kepada masyarakat dunia, kami menyaksikan demo-demo kalian disini. Subhanallah, kami sangat terhibur, karena kalian juga merasakan apa yang kami rasakan disini.
Memang banyak masyarakat dunia yang menangisi kami di sini, termasuk kalian di Indonesia. Namun, bukan tangisan kalian yang kami butuhkan saudaraku biarlah butiran air matamu adalah catatan bukti nanti di akhirat yang dicatat Allah sebagai bukti ukhuwah kalian kepada kami. Doa-doa kalian dan dana kalian telah kami rasakan manfaatnya.
Oh, iya hari semakin larut, sebentar lagi adalah giliran saya Untuk menjaga kantor, tugasku untuk menunggu jika ada telepon dan fax yang masuk Insya Allah, nanti saya ingin sambung dengan surat yang lain lagi Salam untuk semua pejuang-pejuang islam di Indonesia.
Akhhuka…..Abdullah ( Gaza City ..1430 H)
Minggu, 23 Januari 2011
Mafia pajak
mungkin memang nasib pahlawan negeriku yang selalu menderita
pahlawan devisa..
heiiii para pejabat teras negeri ini
lihat pahlawan mu disiksa,adakah kau berkutik??
ashhh negeriku memang negeri serba bisa..
sang mafia berjalan jalan ,sang pahlawan disiksa
sang mafia dilindungi
sang pahlawan dicaci dinegeri orang
keluarga sang mafia menangis karena takut miskin
keluarga sang pahlawan menangis karena sudah tak bernyawa
negeriku.. negeriku...
pahlawan devisa..
heiiii para pejabat teras negeri ini
lihat pahlawan mu disiksa,adakah kau berkutik??
ashhh negeriku memang negeri serba bisa..
sang mafia berjalan jalan ,sang pahlawan disiksa
sang mafia dilindungi
sang pahlawan dicaci dinegeri orang
keluarga sang mafia menangis karena takut miskin
keluarga sang pahlawan menangis karena sudah tak bernyawa
negeriku.. negeriku...
Sabtu, 22 Januari 2011
just alive
"hanya butuh sedikit kesabaran "
dan kini yang sedikit itu lenyap sudah
aku yang rapuh tak dapat lagi bertahan
aku hancur dlam bayang tegar jiwaku
seluruh pondasiku rintuh sekejap saja
aku rapuh
aku hancur
kuatkan aku kawan....
dan kini yang sedikit itu lenyap sudah
aku yang rapuh tak dapat lagi bertahan
aku hancur dlam bayang tegar jiwaku
seluruh pondasiku rintuh sekejap saja
aku rapuh
aku hancur
kuatkan aku kawan....
dann berakhir sudahh
jika saja dalam malam kau bicara...
rindu takan semudah ini...
jika saja dalam siang kau mengerti
cinta takan seperti ini..
aku hanya diam dalam rasa ku
berharap akan ada pelita yang nyata
sekarang pun
jika kau berikan nyata
aku serahkan
jika saja dalam gelapku kau ada
mungkin derita pun ku lalui
jika saja dalam tangis ku kau ada
mungkin sakit pun ku lewati
tapi ...
itu takan pernah ada bukan???
terlalu lelah ku mengharapmu
aku takan kembali...
aku takan kembali...
rindu takan semudah ini...
jika saja dalam siang kau mengerti
cinta takan seperti ini..
aku hanya diam dalam rasa ku
berharap akan ada pelita yang nyata
sekarang pun
jika kau berikan nyata
aku serahkan
jika saja dalam gelapku kau ada
mungkin derita pun ku lalui
jika saja dalam tangis ku kau ada
mungkin sakit pun ku lewati
tapi ...
itu takan pernah ada bukan???
terlalu lelah ku mengharapmu
aku takan kembali...
aku takan kembali...
my pleaster my rival my romi my ira ,,and my everythingg lovee uu
hanya saja kini tak ada yang tahu bukan,sampai kapan mampu bertahan?
hanya ingin sekedar mengingat bahwa tawa bersama itu pernah ada..
hanya ingin sekedar mengingat bahwa tutur sapa itu pernah tercipta..
karna waktu itu tak bisa terulang maka aku hanya bisa mengingat dan kusimpan dalam catatan harianku bahwa kau pernah ada dalam hidupku.meski hanya sebatas ada .
tapi itu asa
Wednesday, December 8, 2010 at 5:47pm
Langganan:
Postingan (Atom)